Jumat, 04 April 2008

Hentikan Latihan Ini!!!

Read More..

I hate Monday...Saya sungguh sangat membenci hari senin karena pada hari itu saya harus menjadi "berhala" untuk beberapa menit bagi yang dipertuan agung "sang saka merah putih" yang sama sekali tidak bermanfaat dibanding saya harus mengerjakan PR yang belum saya buat semalam karena lebih mementingkan "hal" lain ketimbang pendidikan "sampah" seperti ini....

Mungkin hal yang sepele menurut banyak orang tetapi UPACARA BENDERA harus segera dihilangkan dari lembaga-lembaga pendidikan...Bagaimana mungkin lembaga yang seharusnya memanusiakan manusia malah mengadakan ritual "sesembahan" pada hari senin karena dianggap sebagai bentuk tanda jasa pada pahlawan kita...Oooww...so sweet!!!

Doktrin terkenal sepanjang masa yang terus membuai kita " Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Menghargai Pahlawannya " adalah memuakkan.Mungkin maksud dari jargon itu adalah yang menghargai "sang jenderal" karena pada kenyataannya banyak veteran perang yang saat ini bahkan lebih prihatin kehidupannya dari perang yang dia hadapi dulu..Lewat "upacara berhala" yang dibumbui dengan sedikit aroma "militerisme" agar terlihat sedap dan "berwibawa" tidak layak untuk masuk ke ranah pendidikan.Orang-orang yang siap untuk "dimanusiakan" seharusnya tidak melakukan hal-hal "terkutuk" seperti itu.Racun "monday's schedule" harus segera dihilangkan karena dengan menganggap bahwa "upacara berhala" sama dengan menunjukkan nasionalisme adalah hal yang patut untuk ditertawakan....

Saya cinta Indonesia ( misalnya ) tidak harus ditunjukkan dengan cara militeristik seperti upacara bendera yang entah kenapa belum dihilangkan pasca tumbangnya "bapak pembangunan" kita.Harusnya ini menjadi hal yang harus kita perhatikan.Upacara adalah hal yang haram untuk diberlakukan di wilayah intelektual karena peristiwa semacam ini cocoknya dipakai di tempat-tempat yang cukup dengan otot sajah.Contohnya adalah kasus UNHALU dimana orang-orang yang sudah "kehilangan" otak dan cuman modal "otot" doank....Mereka-mereka inilah yang pantas untuk melakukan ritual "kafir" tersebut tanpa membawa-bawa masyarakat yang masih "peduli" dengan otak mereka..

Pendidikan yang seharusnya dibuat semanusiawi mungkin hilang maknanya manakala pada pembukaan minggu mereka selalu diperintahkan untuk melakukan upacara bendera ala militer.Hal pertama yang ditemukan oleh para pelajar bukanlah bagaimana saya lebih baik dengan pendidikan di awal minggu ini tetapi "terapi" ala "jenderal bangsat dan keparat" yang mungkin saat ini sudah mendapatkan hukumannya di "neraka" sana.Model-model pelatihan militer seperti ini harus segera "dibumihanguskan" dari dunia pendidikan...Sayangnya,para "pemerhati pendidikan" tidak pernah mengemukakan masalah ini..Mereka hanya sibuk berkoar-koar soal bagaimana anak-anak yang tidak mampu bisa bersekolah seolah-olah hanya kaum miskin sajalah yang pantas untuk diperhatikan sementara banyak yang belum tersentuh...Mungkin pikiran mereka terlalu tinggi sehingga "lupa" untuk berteriak "Hentikan Latihan Ini!!".

Selasa, 01 April 2008

Solusi Yang "Melegakan"

Read More..

Mungkin banyak yang mengatakan bahwa sistem "hitam" merupakan sebuah hal yang utopis dan tidak mungkin dilaksanakan mengingat bahwa bagaimanapun kita butuh sebuah aturan dimana aturan itulah yang akan mengendalikan kita kepada sebuah keteraturan tetapi pertanyaannya : benarkah demikian?

Dalam diri manusia sudah "built-in" sedemikian rupa apa yang disebut dengan adab dan "humanity value" yang tentu saja akan selalu berubah sesuai dengan kondisi zaman dimana kita hidup.Lantas,apakah sesuatu yang sudah sedemikan rupa ada dalam diri kita tidak bisa dipakai sebagai sebuah "peraturan" yang tentu saja setiap orangnya berbeda?Nah,yang menjadi masalah adalah,ketika adab dan "humanity value" itu ingin DISTANDARKAN dalam sebuah PERATURAN..Nila-nilai yang sifatnya sangat subjektif atau bisa kita katakan sangat relatif ingin diseragamkan dengan satu hukum dan dengan satu pandangan dimana jika kita langgar maka sanksilah yang akan kita dapatkan...

Lebih jauh,banyak yang mengatakan bahwa apakah saat ini orang telah "beradab"?Seperti yang saya katakan di atas bahwa adab telah ada dalam diri manusia dan itu disesuaikan dengan nilai-nilai zaman dimana mereka bernapas.Seorang manusia tidaklah dianggap sudah beradab jika sudah mematuhi seluruh peraturan yang dibuat oleh "sesuatu yang melembaga" tetapi sebaliknya bisa saja dia melanggar adab yang seharusnya ada dalam dirinya...

Keteraturan tanpa peraturan adalah slogan yang tepat untuk mengukur apakah seorang manusia sudah memaksimalkan adabnya maupun "humanity value"nya...Semua berjalan apa adanya tidak di bawah tekanan "sesuatu yang melembaga" tersebut tidak pula di bawah ancaman AK-47.

Ironisnya manusia sudah diBRAINWASHING bahwa seharusnyalah seperti ini dan hal yang seperti itu salah...Kehidupan tanpa "sesuatu yang melembaga" adalah utopis dan lelucon tetapi kita bisa menciptakan "sesuatu yang melembaga" dengan asaz "demokrasi" yang saya kira tidak kalah utopis dan lucu.Sejarah sudah membuktikan bahwa tidak hal tersebut lain halnya dengan "komunal primitif".Tidak ada jalan lain,kita semua harus meneriman bahwa inilah "kebenaran" yang sudah ditetapkan oleh "sang pencipta" bahwa "sesuatu yang melembaga" akan mengatur kehidupan kita lebih baik.

Kasus Freeport,Exxon dan banyak "turis mancanegara" yang lainnya sudah cukup memberikan bukti "ketidakbecusan" sesuatu "yang melembaga" dalam memperhatikan "budak-budaknya" dan hanya menyenangkan "sang tuan besar" karena bagaimanapun "boneka" kita dari kalangan militer yang merasa "embargo" adalah momok yang menakutkan..Gantinya, serahkan "hartamu" kemudian "embargo suku cadang" akan dihapuskan....Inilah kalau kalangan militer mengambil peran "masyarakat madani".

Jadi masihkah kita berpikir masih membutuhkan "sesuatu yang melembaga" yang sudah terbukti hanya menjadi penyebab utama ketertindasan yang kita alami?Belum lagi dengan "the poverty urband legend" yang jelas-jelas menjadi DOKTRIN paling ampuh dan tidak bisa DIGUGURKAN sampai sekarang??

Hancurkan N****A!!!Hapuskan S******R!!!

Mencal Menclenya Tikus Birokrasi

Read More..

Satu lagi drama pembodohan yang dipertontonkan oleh birokrasi di negara yang "gila" ini.Dewi Persik dicekal di Tangerang terkait dengan aksi panggungnya yang dikatakan "seronok" dan mengumbar "birahi" para penontonnya..Alasan sang kepala daerah : Ini adalah permintaan rakyat,jadi tentu saja harus mengapresiasi "hati nurani" rakyat....

Lain Tangerang lain pula dengan yang terjadi di Yogyakarta.Feodalisme berbalut "kebudayaan" telah membuat rakyat Yogya seakan buta bahwa proses demokrasi harus tetap dilaksanakan.Permintaan bahwa Sri Sultan yang Agung harus menjadi Gubernur untuk tetap menjadikan Yogyakarta menjadi Istimewa direspon ,tentu saja, positif oleh orang-orang bermental "feodal".Dengan dalih ,sekali lagi, itu adalah suara rakyat makanya harus betul-betul diperhatikan...

Di sini saya hanya bisa bilang bahwa apa yang terjadi di atas merupakan bukti betapa "bangsat" dan "keparatnya" para birokrat kita.Di satu sisi,mereka dengan senyum manis memperjuangkan "aspirasi" rakyat jika itu menguntungkan posisi mereka dan seakan buta serta tuli jika apa yang diteriakan mengganggu stabilitas politik.Hal inilah yang terjadi di Kendari dimana sodara-sodara kita menjadi korban "pendidika ala anjing" yang diberikan kepada manusia-manusia yang sudah kehilangan otaknya sama sekali.

Walikota Tangerang dengan munafiknya mengatakan bahwa ini semua adalah yang dinginkan oleh rakyat Tangerang tetapi pertanyaannya kemudian apa benar seperti itu yang dinginkan?Bukannya soal Dewi Persik merupakan sebuah pilihan kepada manusia di sana,apakah ingin terangsang atau lebih memilih untuk menghindar?

Retorika-retorika busuk para "bikrokrat anjing" memang sudah sangat keterlaluan.Lantas dengan begitu,apakah kita masih bisa percaya kepada janji-janji manis mereka,kepada kebohongan yang mereka berikan,racun-racun melalui kebijakannya yang mengebiri tidak saja kelakuan kita tetapi juga intelektualitas?Masihkah mereka berguna ataukah mereka tidak lebih dari anjing-anjing penjilat yang digunakan sebagai alat untuk menindas kita??

Bagaimana jika kita memikirkan solusi lain misalnya dengan meruntuhkan atau ekstrimnya menghancurkan "penyebab" kita tertindas?

Jumat, 07 Maret 2008

Again,Again,,,

Read More..

Sepintar-pintarnya tupai melompat akan terjatuh juga...Mungkin peribahasa ini cocok ditujukan untuk Jaksa Urip yang menangani kasuu BLBI...Tidak pernah terpikir dalam benaknya bahwa uang sejumlah 6,1 milyar tidak akan sempat dia nikmati....

Sepuluh tahun kasus BLBI belum terungkap hingga saat ini...Salim dan keluarganya bahkan masih dapat ongkang-ongkang kaki sambil tertawa puas...Melihat apa yang terjadi pada jaksa Urip,,maka jangan heran kalau kasus ini mengalami "jalan buntu" dan bukan tidak mungkin suatu saat akan "dimakamkan" dan konsekwensinya pemerintah harus mengeluarkan 50-60 trilyun rupiah ( sekedar info,,uang semua itu ) untuk membayar utang-utang KONGLOMERAT...Seperti pemerintah selalu punya dana cadangan lebih buat mereka tapi kalau buat dana pendidikan dan kesehatan pasti kas negara selalu "seret"...Makanya,,RUU BHPlah panacea yang tepat untuk mengatasi permasalahannya...

Belum lagi,,jajaran kejaksaan agung yang TERHORMAT kalang kabut dengan adanya berita suap yang dilakukan oleh Artalyta.Hahahahahahahahaha.....lucu dan menggelikan sekali sikap mereka.Keputusan penghentian pemeriksaan kasus BLBI berselang dua hari dari penangkapan jaksa Urip.Nah pertanyaannya sekarang,,darimana saja ente??Kok baru sekarang kebakaran jenggot??Kenapa bukan semenjak keluar keputusan penghentian kasusnya??Atau kalau mau ekstrimnya,,kenapa gak dati 10 tahun yang lalu??Karena saya yakin,cecurut macam si Urip mah kagak hari ini sajah nongol tapi pasti "urip-urip" ( Baca : Tiku-tikus ) pengerat sejenis sudah ada dari dulu....

Apa yang bisa kita tangkap dari peristiwa di atas??Jangan pernah percaya terhadap pemerintah ( yah,,walaupun Indonesia menggunakan prinsip Trias Politica tapi toh tetep lembaga Yudikatif "disuapin" sama pemerintah juga ).Mempercayai pemerintah adalah "haram" hukumnya...Sudah terlalu banyak hal-hal yang mengecewakan yang dilakukan oleh mereka ...Sudah banyak dosa-dosa politik yang dibuat dan ntahlah apakah dosa itu masih bisa dimaafkan....

Tidak ada yang bisa dipercaya dari pemerintah....Tidak ada Pemimpin Negara yang bisa diandalkan baik itu yang mengaku sebagai cendikiawan atau yang mengaku sebagai turunan dari seorang nasionalis maupun seorang militer yang katanya cukup humanis....Yah,,apa boleh buat mungkin penyadaran dengan sepenuhnya harus dilakukan ditengah-tengah rakyat.Rakyat harus sadar bahwa setiap tanah dan kekayaan di bumi Indonesia ini adalah milik mereka termasuk uang-uang yang dipakai untuk membayar utang-utang PIHAK SWASTA...

Yah mungkin,,dibutuhkan hal-hal ekstrim dan radikal...Kalau toh memang pemerintah hanya bertugas sebagai "penindas" masihkah kita butuh mereka??Masihkah kita butuh negara??


Visitor Map